3 Tips Aman Jalani Puasa Jika Alami Gejala Ringan Corona

 

Tanggal 1 Ramadhan ditetapkan jatuh pada Jumat, 24 April 2020. Tak seperti tahun sebelumnya, puasa kali ini berlangsung di tengah pandemi virus Corona COVID-19. Mudik Lebaran pun dilarang Jokowi demi menekan penyebaran virus Corona COVID-19.

Mengutip Gulf News, dr Faisal Dalfi dari RS Burjeel Abu Dhabi mengatakan pasien Corona dengan gejala ringan masih dianjurkan untuk berpuasa kecuali pasien Corona bergejala berat. “Pasien-pasien yang memiliki gejala moderat atau parah dirawat dalam isolasi di rumah sakit dan tentunya pasien-pasien ini tidak akan bisa menjalani puasa Ramadhan,” ujar dr Dalfi.

Berikut 3 tips aman berpuasa bagi seseorang yang mengalami gejala ringan.

1. Asupan makanan sehat

Konsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah, dan cukup air putih. Hal ini agar menjaga imunitas tubuh tetap kuat.

“Pasien harus menghindari minuman yang mengandung gas dan bergula,” kata dr Dalfi.

2. Tidur cukup

Pasien Corona bergejala ringan dianjurkan untuk istirahat yang cukup selama berpuasa. “Saya menyarankan agar pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan asymptomatic untuk memastikan supaya tidur setidaknya tujuh jam setiap harinya. Tidur adalah proses restoratif yang terutama penting ketika tubuh melawan virus,” jelas dr Dalfi.

3. Berhenti merokok

Sementara itu, dr Fernanda Bonilla yang menjadi dokter penyakit menular di Cleveland Clinic Abu Dhabi mengatakan ada bukti yang menunjukkan kalau perokok bisa terkena dampak parah dari COVID-19.

“Ramadhan adalah saat ideal untuk menghentikan kebiasaan itu. Orang-orang akan bisa melihat peningkatan jelas pada kesehatan mereka dalam beberapa hari atau minggu usai berhenti (merokok), sehingga mengurangi risiko terkena gejala parah dari infeksi,” katanya.

 

 

Sumber : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4988783/3-tips-aman-jalani-puasa-jika-alami-gejala-ringan-corona

 

Warga Bisa Gunakan Masker Kain Cegah Antisipasi COVID-19, Asal Jaga Jarak

 

 

 

JAKARTA – Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, menyampaikan bahwa masyarakat dapat menggunakan masker kain di tempat umum dan fasilitas lain. Namun, pengguna masker kain juga perlu untuk menjaga jarak 1 sampai 2 meter untuk mencegah penularan virus Corona.

Penggunaan masker kain ternyata kurang efektif mencegah penularan virus corona penyebab COVID-19 dan hanya bisa digunakan sebagai pilihan terakhir.

“Kenapa? Karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel dan ini tidak disarankan bagi tenaga medis. 40 hingga 90 persen partikel bisa menembus masker. Idealnya dikombinasikan dengan penutup wajah,” ujar Erlina dalam keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu.

Menurut dia, terdapat sejumlah mekanisme penularan virus dua di antaranya melalui droplet dan airbone (partikel kecil yang terbawa udara).

Masker kain ini memang memiliki perlindungan dari droplet, meski kecil. Tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran tiga mikron hanya 10 sampai 60 persen. Jadi masih tergolong tinggi penularannya.

“Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada, tapi tidak ada perlindungan terhadap aerosol atau partikel yang airbone,” kata dia.

Meski begitu, kata dia, pengunaan masker kain ini bisa digunakan sebagai pilihan terakhir jika ketersediaan masker bedah sudah sangat langka di pasaran.

Tapi itu pun dengan catatan, bahwa yang wajib menggunakan masker bedah adalah orang sakit dan tenaga medis, sementara masyarakat sehat dapat menggunakan masker bedah jika keluar rumah atau merawat orang sakit.

“Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua,” kata dia.

Sementara masker bedah, efektif mencegah partikel airbone ukuran 0,1 mikron dari 30 hingga 95 persen. Namun masih memiliki kelemahan yakni tidak bisa menutupi permukaan wajah secara sempurna terutama di sisi samping kiri dan kanan masker.

“Dan kelemahan lainnya hanya bisa digunakan sekali pakai,” kata dia.

Adapun masker N95, memang tingkat efektifitas pencegahan penularan mencapai 95 persen namun masker ini tidak boleh dipakai oleh sembarang orang dan menjadi protokol wajib tenaga kesehatan yang harus berkontak langsung dengan pasien penderita.

“N95, masker ini mempunyai proteksi yang baik untuk droplet dan juga memiliki proteksi aerosol. Makanya dianjurkan oleh tenaga medis, bukan masyarakat, dan efektifitasnya cukup tinggi partikel ukuran 0,1 mikron aerosol sampai 95 persen,” kata dia.

Agus Wibowo
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB

 

 

Sumber : Covid19

Begini Cara Kelola Limbah Masker di Masyarakat Untuk Cegah Penularan COVID-19

 

 

Masker yang telah digunakan oleh Anda bisa menjadi media penularan virus dan agen penyebab penyakit, dan tentu hal ini menjadi sangat berbahaya. Namun penggunaan masker di lingkungan masyarakat tidak dikategorikan sebagai limbah medis yang diperlakukan seperti limbah medis di Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Hal ini karena masker tersebut tidak digunakan dalam pelayanan kesehatan atau pasien di Fasyankes. Limbah masker seperti ini masuk ke dalam kategori limbah domestik, sehingga perlakuan pengelolaannya sama dengan pengelolaan limbah domestik sesuai Undang­ Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Ada beberapa tahapan dan cara bagaimana mengelola masker yang telah Anda pakai, agar tidak menjadi media penularan virus, terutama virus penyebab COVID-19. Langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi risiko kesehatan akibat cara pembuangan masker bekas pakai.

Tahapan Keterangan
Kumpulkan Masker bekas pakai •   Saat ini penggunaan Masker oleh masyarakat semakin tinggi, hal ini terkait kewaspadaan dengan isu COVID-19, secara positif juga menandakan kesadaran masyarakat untuk proteksi risiko yang cukup baik.•  Namun demikian peningkatan penggunaan masker juga dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab, dan dikhawatirkan masker bekas pakai dilakukan daur ulang dan dijual kembali di pasar.

•   Kita semua harus berperan dengan mengelola masker bekas pakai.

Desinfeksi Lakukan desinfeksi dengan cara rendam masker yang telah digunakan pada larutan disinfektan/ klorin/pemutih.
Rubah bentuk •  Kumpulkan masker dengan wadah/plastik yang aman.•  Untuk masker individu rusak talinya dan robek tengah sehingga tidak dapat digunakan ulang.
Buang ke tempat sampah domestik Buang ke tempat sampah domestik.
Cuci tangan Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir/gunakan hand sanitizer bila tidak ada sarana cuci tangan.

Diharapkan dengan mengikuti tahapan-tahapan pengelolaan masker bekas pakai seperti di atas, potensi risiko penularan akibat penyalahgunaan penggunaan masker dapat dihindari. Selain itu, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai masker akan meminimalisir potensi penularan virus, seperti virus SARS-COV2, penyebab COVID-19.

Pedoman ini dapat diunduh melalui link berikut ini.

Mari kita cegah virus dimulai dari menjaga kesehatan dan pola hidup sehat diri sendiri.

#LAWANCOVID19

 

Sumber : https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/begini-cara-kelola-limbah-masker-di-masyarakat-untuk-cegah-penularan-covid-19/#.XoLHHIgzaUm

Kapan anda harus mencuci tangan ?

 

Kapan harus mencuci tangan?

Ada beberapa hal penting untuk mencuci tangan dalam kegiatan sehari-hari, terutama ketika di rumah seperti:

  • Sebelum makan
  • Selama dan setelah menyiapkan makanan
  • Sebelum dan setelah merawat orang sakit
  • Sebelum dan sesudah merawat luka
  • Setelah menggunakan toilet
  • Setelah mengganti popok dan membersihkan si kecil
  • Setelah bersin dan batuk
  • Setelah menyentuh sampah
  • Setelah membersihkan kotoran hewan

 

http://awalbros.com/others/kapan-harus-mencuci-tangan/